KENDALA KEMAJUAN
INDUSTRI HULU MIGAS INDONESIA
Disusun Oleh :
Nama : SIMON BENNY REZKY SINAGA
Universitas : STEM Akamigas
Nomor
Telepon : 082363362032
Alamat
E-mail :
simonbennyrezkysinaga@gmail.com
KENDALA KEMAJUAN INDUSTRI HULU MIGAS INDONESIA
Penurunan harga minyak dunia
mengakibatkan efek domino bagi seluruh industri yang ada di dunia dan khususnya
industri migas sendiri. Penurunan harga minyak dunia ini dapat diakibatkan oleh
beberapa faktor, seperti melimpahnya produksi minyak dari Amerika Serikat,
sengketa lahan yang berujung peperangan, dan banyak faktor lainnya. Penurunan
harga minyak dunia ini sangat berdampak bagi negara yang memprioritaskan sektor
minyak dan gas bumi sebagai pendapatan negara tersebut. Indonesia merupakan salah
satu negara yang memprioritaskan sektor migas sebagai sektor pendapatan utama
negara. Akan tetapi, akibat dari efek domino turunnya harga minyak dunia ini
membuat sektor hulu migas Indonesia semakin mengalami penurunan setiap
tahunnya. Penurunan kegiatan sektor hulu migas Indonesia sangat berdampak bagi
semua elemen industri dan masyarakat Indonesia. Penurunan kegiatan industri
hulu migas Indonesia membuat Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Migas di
Indonesia memilih untuk tidak melanjutkan kontrak atau bahkan enggan untuk mengelola
kegiatan industri hulu migas Indonesia. Selain dari penurunan harga minyak
dunia, KKKS Migas merasa kesulitan dalam melaksanakan tugas mereka dikarenakan
ada beberapa faktor permasalahan yang mereka rasakan saat mengelolah wilayah
kerja di Indonesia. Beberapa permasalahan yang dihadapi oleh KKKS Migas di
Indonesia adalah sebagai berikut.
1. Ketertinggalan
Teknologi Migas Indonesia
Penurunan laju produksi suatu lapangan migas
dapat menjadi patokan dari menurunnya jumlah cadangan migas yang terkandung di
dalam reservoir minyak dan gas bumi. Di dalam kegiatan industri hulu migas,
dikenal dua tahap utama yang membangun industri hulu migas, yaitu eksplorasi
dan produksi minyak dan gas. Di dalam tahap eksplorasi yang dilakukan oleh
beberapa KKKS Migas di Indonesia telah menggunakan teknologi yang maju dan
membantu KKKS dalam mengidentifikasi suatu wilayah yang mengadung minyak dan
gas. Akan tetapi, penggunaan teknologi yang maju tersebut mengalami
permasalahan dan permasalahan tersebut tidak lain adalah teknologi yang tidak
tersedia di Indonesia. Kenapa teknologi tidak tersedia di Indonesia? Jawaban
yang pasti adalah negara kita belum bisa menciptakan teknologi tersebut.
Menurut penulis, Indonesia memiliki banyak sumber daya manusia yang memiliki
inovasi teknologi yang dapat memajukan industri hulu migas Indonesia, tetapi
mengalami kendala di dalam keuangan dan pengujian inovasi teknologi itu
sendiri. Bukan rahasia lagi bahwa di dalam pengajuan pengujian suatu alat di
lapangan migas sangat sulit dikarenakan biaya yang dikeluarkan akan banyak jika
alat tersebut gagal. Akan tetapi, jika pengajuan pengujian alat tersebut sangat
sulit diterapkan, maka akan membuat si pemilik inovasi menjadi enggan
berinovasi atau bahkan mengembangkan inovasinya di negara yang bersedia
menanggung segala kegiatan pengujian.
2. Kurangnya
Pengetahuan Tentang Metode EOR (Enhanced
Oil Recovery)
EOR (Enhanced
Oil Recovery) adalah suatu metode
yang digunakan untuk meningkatkan cadangan minyak pada suatu sumur dengan cara
mengangkat volume minyak yang sebelumnya tidak dapat diproduksi atau bisa
dikatakan EOR ini adalah optimisasi pada suatu sumur minyak agar minyak-minyak
yang kental, berat, poor permeability
dan irregular faultlines bisa
diangkat ke permukaan. EOR ini juga berhubungan dengan teknologi yang akan
digunakan. Banyak sekali metode EOR yang telah dikembangkan di dunia, seperti Thermal Recovery, Gas Miscible, Chemical Flooding.
Kemajuan pengetahuan mengenai EOR ini dapat dilihat pada penerapannya di
Amerika Serikat. Beberapa industri migas di Amerika Serikat menggunakan metode Thermal Recovery untuk memanaskan minyak
mentah dalam formasi sehingga viskositas berkurang dan menguapkan sebagian dari
minyak sehingga menurunkan rasio mobilitas. Selain itu, peningkatan panas
mengurangi tegangan permukaan dan meningkatkan permeabilitas minyak. Dengan
menerapkan metode EOR tersebut, jumlah produksi dan cadangan minyak Amerika
Serikat meningkat tajam sehingga menjadikan negara tersebut menjadi negara
dengan jumlah produksi minyak terbesar setiap hari. Pengetahuan mengenai EOR
ini dapat menjadi fokus utama Indonesia jika ingin meningkatkan produksi dan
cadangan migas Indonesia, sehingga industri hulu migas Indonesia tidak
mengalami penurunan kegiatan.
3. Peraturan
dan Perizinan yang Tidak Tetap dan Berbelit-belit
Peraturan dan perizinan yang tidak tetap dan
berbelit-belit ini membuat KKKS atau pelaku industri hulu migas menjadi
kesulitan bahkan enggan dalam menjalankan kegiatan hulu migas. Banyaknya
peraturan dan perizinan yang diterapkan membuat banyaknya waktu yang
dikeluarkan untuk memulai kegiatan hulu migas. Akan tetapi, saat ini telah
ditanggapi cepat oleh pemerintah dan cukup hanya tujuh hari pengurusan
perizinan industri migas di Indonesia.
Kemajuan
industri hulu migas tidak terlepas dari pengetahuan, teknologi, dan perizinan
yang diterapkan. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia harus lebih pro aktif
dalam mengelola dan mengkaji segala elemen yang ada dalam kegiatan industri
hulu migas untuk memajukan industri hulu migas Indonesia yang mengalami
penurunan.
Thanks for reading & sharing BERSAMA MERAIH KESUKSESAN
0 komentar:
Post a Comment